Blogger Story - "Baik, Saya Eko Ramaditya Adikara ingin mencabut klaim tentang keterlibatan saya sebagai komposer music game jepang, dalam hal ini saya mengakui bahwa saya tidak pernah terlibat dalam pembuatan musik game jepang apapun, saya juga tidak pernah terlibat dalam proyek legal maupun ilegal dalam pembuatan music game jepang manapun. Saya juga mengakui bahwa saya telah melakukan klaim ini dan juga mengubah file music yang ...
bukan milik saya yang saya akui sebagai milik saya. Saya juga mengakui bahwa berita-berita yang saya buat berhubungan dengan status saya sebagai game music composer di jepang baik di media cetak maupun media televisi, saya cabut, dan kepada pemirsa, pembaca, masyarakat indonesia dan juga gemer pada khususnya, saya minta maaf sebesar besarnya dan semoga dengan adanya berita ini bisa menjadi pengetahuan bersama dan rekan-rekan bisa membantu untuk menyebarkan berita ini, sehingga kesalahan ataupun kebohongan yang telah saya buat di hadapan publik dapat segera dicounter dan minimal berita yang sebenarnya bisa beredar. Sekali lagi, saya ramaditya Adikara mohon maaf yang sebesar-besarnya terima kasih atas perhatiannya...
Apa saja yang diklaim oleh rama...
Dalam berbagai acara, forum online maupun offline, rama mengaku sebagai music composer dan sound engineer beberapa RPG (Role Playing Games) Jepang ternama, seperti Xenosaga, FFVIII, ChronoCross, Grandia, dan masih banyak lagi. Rama juga sempat hadir beberapa kali di acara Kick Andi. Mulai dateng bareng pacar barunya, sampai mengenakan baju star wars, dan melakukan klaim bahwa dirinya adalah "music composer dan sound engineer.
Mudahnya kita percaya...
Percaya pada rama memang nggak ada ruginya. Nge-fans pada rama pun, nggak ada salahnya. Bayangkan, media sekelas Kompas pernah menulis tentangnya dengan 6 gelar sekaligus: 1)Blogger Tunanetra yang bisa mengetik cepat, 2)Penggubah music digital untuk games, 3) Sound engineer, 4)Motivator, 5)guru privat bahasa Inggris, dan 6)Private Councellor.
Mengapa harus sebanyak itu...
Bukankah dengan menjadi tunanetra yang mandiri, tidak perlu kemanapun membawa anjing, itu sudah lebih dari cukup. Mengapa perlu meng-klaim sebagai composer atau sound engineer segala? Dewa saja maksimal punya dua gelar, Hermes contohnya, dia seorang dewa pedagang dan dewa pencuri. Mengapa rama harus enam? Banyak sekali. Orang sehat aja belum tentu punya semangat belajar seperti rama. Apalagi lancar berbicara bahasa Inggris. Waduh, ini kepandaian yang cukup langka.
Tahukah mereka...
Ada sederet nama yang memang berprofesi sebagai composer music dan engineer di lahan game. Sepertinya mereka tidak tahu kalau karya mereka diklaim oleh Rama. Tidak hanya mereka, namun beberapa media massa nasional juga "kecolongan". Padahal di wikipedia data para komposer soundtrack game itu sudah ada sejak tahun 2004. Sampai mumet mencari nama Rama, tetep nggak ada.
Siapa mereka...
Nobuo Uematsu - Untuk Soundtrak Game dan Movie Final Fantasy VIII, ada Nobuo Uematsu, seorang komposer musik tunggal seri Final Fantasy. Pada bulan November 2004, ia mengundurkan diri . Proses kreatifnya sering dilakukan sendiri. Dimulai setelah mendapat story board, dan visual dari seorang game developer. Jadi bukan menggelar sayembara atau lomba, seperti klaim Ramaditya. Disamping itu masih ada beberapa judul RPG lain. Rata-rata mereka mengusai 2 alat musik. Salah satunya adalah piano. Sedangkan Rama hanya menguasai flute plus sebuah software "rahasia" yang bisa membahasakan imajinasinya ke dalam sebentuk orkestrasi menawan.
Komposer Xenosaga dan Chrono Cross...
Yasunori Mitsuda - The Xenosaga, serial RPG fiksi ilmiah, dikembangkan oleh Monolith Soft dan dipublikasikan oleh Namco Bandai untuk console PlayStation 2. Serial ini dirilis tahun 2002. Episode I: Der Wille zur Macht. Pada tahun 2004 muncul Episode II: Jenseits von Gut und Bose dan pada tahun 2006 Episode III: Sprach Zarathustra. Semua aransemen musik Xenosaga dibikin oleh Yasunori Mitsuda. Pada Episode II mulai melibatkan Yuki Kajiura dan Shinji Hosoe, dan pada Episode III dikerjakan oleh Kajiura sendirian. Nggak sama Rama.
Media Massa kita...
Di depan media, siapapun bisa menjadi Hero. Bisa juga menjadi Zero. Namun media tak pernah menjadi zero. Justru media selalu hero. Salah memberitakan, tinggal minta maaf. Walau sudah memakan korban, jutaan lembar kertas, ribuan eksemplar ditarik, jutaan watt listrik, dan kekaguman palsu. Orang seperti Rama tidak layak dicontoh. Namun keberanian Rama untuk mengakui kebohongannya adalah awal yang luar biasa di negara ini.
------------------------
sumber: kompas | kotakgame | wikipedia.en | kompasiana.com
Cerita terkait...
Blogger Comment