Maju Kena Mundur Kena
Blogger Indonesia | Saya memiliki teman yang suka sekali mengurangi berkat yang dia terima dengan berkata-kata manis. Suatu hari dia memperoleh kesempatan pergi ke luar negeri karena prestasinya. “Selamat ya. Ini patut disyukuri loh,” saya menyalaminya sambil tersenyum. “Ini kesempatan berharga. Kamu hebat,” sekali lagi saya melebarkan senyum untuknya...
“Ah biasa saja, banyak orang yang bisa kok,” katanya sambil tersenyum malu.
“Ngga juga. Nyatanya dari ratusan pelamar cuma lima yang berangkat. Iya kan.”
“Ah, aku sebenarnya ngga pinter-pinter amat. Cuma beruntung aja.”
“Dua-duanya. Ya pinter ya beruntung.”
“Ah biasa saja, banyak orang yang bisa kok,” katanya sambil tersenyum malu.
“Ngga juga. Nyatanya dari ratusan pelamar cuma lima yang berangkat. Iya kan.”
“Ah, aku sebenarnya ngga pinter-pinter amat. Cuma beruntung aja.”
“Dua-duanya. Ya pinter ya beruntung.”
“ Ah, ngga, cuma beruntung. Bener. Cuma beruntung.”
Setelah terus menerus mengatakan bahwa...
dia juga pintar untuk kesekian kalinya, akhirnya saya memilih berhenti dan pergi, melanjutkan aktivitas yang lain. Beberapa hari kemudian, saya bertemu lagi dengan teman saya itu. Kali ini dia mendapat hadiah berupa uang jutaan rupiah karena prestasi akademis yang lain. Lagi-lagi saya memberinya ucapan selamat. Dia menjawab,” Makasih, ah, aku cuma beruntung kok. Aku ngga pinter-pinter amat.”
“Iya, kamu cuma beruntung. Mungkin besok ceritanya jadi lain.”
Setelah terus menerus mengatakan bahwa...
dia juga pintar untuk kesekian kalinya, akhirnya saya memilih berhenti dan pergi, melanjutkan aktivitas yang lain. Beberapa hari kemudian, saya bertemu lagi dengan teman saya itu. Kali ini dia mendapat hadiah berupa uang jutaan rupiah karena prestasi akademis yang lain. Lagi-lagi saya memberinya ucapan selamat. Dia menjawab,” Makasih, ah, aku cuma beruntung kok. Aku ngga pinter-pinter amat.”
“Iya, kamu cuma beruntung. Mungkin besok ceritanya jadi lain.”
Tiba-tiba wajahnya berubah. Dia langsung meninggalkan saya. Sepertinya dia marah. Ibarat balon, saya sudah menusuk balon itu dengan jarum, pecah dan isinya menguap kemana-mana. Saya sendiri memilih kembali menikmati kopi dan membiarkannya berlalu.
Malam hari sebelum tidur, ...
Malam hari sebelum tidur, ...
saya mencoba mengenali perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. Apakah saya terlalu kasar kepada teman saya? Apakah sebenarnya dia ingin dipuji dibalik sikapnya yang mencoba merendah? Apakah terlalu banyak bahasa kebatinan yang belum saya mengerti? Saya mereka-reka. Saya merasa-rasa. Saya menduga-duga. Ah…
Ternyata tanpa disadari, ...
saya juga sering bersikap seperti itu. Bahasa kerennya, merendahkan diri meninggikan mutu. Berusaha mengurangi apa yang saya peroleh supaya orang lain menambahkannya lebih banyak. Ternyata dalam berkata-kata juga berlaku hukum investasi. Sungguh mengejutkan. Pertanyaannya, jika dalam komunikasi saja saya sudah tidak tulus dengan diam-diam meminta orang lain memberi lebih, apakah ini bisa disebut dengan kerendahan hati? Saya rasa tidak. Ini kesombongan dalam bentuk yang lain. Kesombongan tidak selalu vulgar dengan melebih-lebihkan, tetapi juga mengurangi dan menutupi sesuatu. Ibaratnya maju kena, mundur kena.
Lalu, bagaimana caranya menjadi pribadi yang rendah hati?
Lalu, bagaimana caranya menjadi pribadi yang rendah hati?
Ingat rumus PBB. Pas, berkata jujur sesuai dengan apa yang kita terima lalu berkatilah orang lain.
“Selamat ya, kamu pinter, bisa jadi juara satu”
“Terima kasih. Itu memang yang saya butuhkan sekarang. Semoga berkat ini menular ke yang lain.”
“Terima kasih. Itu memang yang saya butuhkan sekarang. Semoga berkat ini menular ke yang lain.”
ABOUTME
Hi all. This is deepak from Bthemez. We're providing content for Bold site and we’ve been in internet, social media and affiliate for too long time and its my profession. We are web designer & developer living India! What can I say, we are the best..
Blogger Comment