Dampak Negatif Game Online - Seorang gamer berhasil menembak mati musuhnya, secara tidak sadar dia ditembak oleh game yang dimainkannya. Semakin banyak musuh yang ditembak, si gamer semakin lupa daratan. Merasa dirinya seorang jagoan sejati. Sadarkah dia, games itu telah membawanya pada sebuah kepuasan semu...

Penelitian American Medical Associations - Beberapa ahli psikologi yang tergabung dalam AMA (American Medical Associations) melakukan penelitian serius seputar kecanduan game. Ternyata kecanduan ini disebabkan oleh zat neurochemical yang bernama dopamine. Semakin banyak dopamine dilepaskan, orang semakin senang dan merasa nyaman. Sangat manusiawi. Dopamine mengucur deras saat seseorang mendengarkan music yang harmonis, makanan enak dan menonton film yang menyentuh. Penelitian itu semakin dikuatkan dengan temuan seorang professor dari Nottingham Trent University, Inggris. Hasilnya cukup mencengangkan: 12 persen dari 7000 pemain game online menderita kecanduan. Ada tiga kriteria kecanduan game online menurut WHO (World Healthy Organization): Menarik diri dari lingkungan, mudah kehilangan kendali, dan tidak peduli dengan kegiatan lain di sekitarnya.


Massively multiplayer online games di Indonesia - Kebanyakan mereka adalah laki-laki dengan usia di atas 21 tahun. Jenis Game yang membuat mereka tergila-gila berjenis massively multiplayer online games seperti Warcraft, Guild Wars, dan Second life. Penelitian ini dilakukan tahun 2008, jumlah game nya masih sangat terbatas. Di tahun 2012, game online mulai ratusan jumlahnya, bahkan ribuan. Apalagi dengan menjamurnya facebook dan situs jejaring social lainnya. Mereka memanfaatkan game menjadi media penjaga popularitas situs jejaring social tersebut.

Tragedi Game Online Korea Selatan - Seorang bayi berusia 3 bulan tewas kelaparan karena ditinggal main game online oleh kedua orang tuanya. Pasutri Kim Yoo Chul dan Choi Mi-sun adalah pecandu game online. Dalam sehari mereka main game “Prius” selama 12 jam di warnet. Ironisnya, Prius adalah jenis game yang bertema membesarkan bayi secara virtual. Bayi virtual nya sehat, sedangkan bayi aslinya meninggal kelaparan.